Langsung ke konten utama

Kisah Pekerja Kreatif Tanpa Slip Gaji di Semarang Bisa Miliki Hunian Impian lewat Pembiayaan Perbankan

Dokumentasi Pribadi Arief Hadinata

Arief Hadinata (33), seniman visual, bekerja di studio sekaligus tempat tinggalnya di Kelurahan Kalisegoro, Kecamatan Gunungpati, Kota Semarang.

Bagi pasangan muda Arief Hadinata (33) dan Amanda Rizqyana (32), memiliki hunian pribadi pernah jadi mimpi terlalu dini.

Bagaimana tidak? Arief adalah seniman visual, pekerja-lepas informal di bidang ilustrasi dan desain grafis yang tidak mengenal slip gaji. Sementara, Amanda hanyalah pekerja entry-level berupah minimum.

Mereka sempat berpikir, mereka bukanlah jenis pekerja yang disenangi perbankan. Sebab, sulit bagi mereka memenuhi persyaratan Kredit Pemilikan Rumah (KPR).

Sambil tetap merawat mimpi punya hunian sendiri, keluarga kecil dengan satu anak ini harus tiga kali berpindah-pindah rumah kontrakan dalam kompleks perumahan yang sama.

Pada akhirnya, jelang penghujung 2023, mimpi mereka bisa terwujud. Dengan mekanisme pembelian aset via Kredit Usaha Rakyat (KUR) Bank Rakyat Indonesia (BRI), Arief dan Amanda bisa membeli rumah kontrakan yang selama ini mereka huni. BRI menjadi Pahlawan UMKM bagi pekerja kreatif seperti Arief.

Kini, rumah di Griya Sekar Gading, Kelurahan Kalisegoro, Kecamatan Gunungpati, Kota Semarang itu jadi tempat tinggal tetap Arief dan Amanda untuk membesarkan buah hati mereka, Aksara (5). Selain sebagai hunian, rumah itu juga berfungsi sebagai studio kerja tempat Arief berkarya sebagai seniman visual.

Berikut kisahnya.

Agustus 2023, beban pikiran Arief menumpuk. Masa sewa rumah yang sudah dia huni selama 1,5 tahun akan segera habis. Di sisi lain, pemilik rumah tidak memberi kesempatan perpanjangan sewa. Sebab, rumah itu hendak dijual.

Pemilik @hokgstudio ini sebetulnya punya sejumlah uang tabungan dari hasil kerjanya berkolaborasi dengan sejumlah perusahaan besar, antara lain Djarum, Bank Mandiri, dan Marimas. Selain itu juga dari hadiah uang dengan nominal cukup besar berkat keberhasilannya menjadi juara pertama Dare To Be The Next Superstar (DTBTNS) 2022, sebuah kompetisi bagi musisi dan seniman visual. 

Arief juga mendapat tambahan penghasilan dengan aktif mengajar Adobe Illustrator di Platform Prakerja serta mengajar ekstrakurikuler mural di salah satu SMA swasta di Kota Semarang.

Namun, uang tabungan Arief saat itu belum cukup untuk menebus tunai rumah yang dibanderol pemiliknya senilai Rp 400 juta. Waktu itu, belum terpikir di benak Arief untuk memiliki rumah sekaligus aset usaha dengan skema KUR. Selama ini, dia menabung dengan harapan bisa membeli rumah secara tunai.

Sempat pula terpikir oleh Arief untuk membeli tanah dan membangun rumah di kampung. Namun, pilihan itu diiringi perasaan was-was. Sebab Arief akan kesulitan menjelaskan tentang pekerjaannya yang bukan layaknya pekerjaan "tradisional": hanya dilakukan di dalam rumah dan tidak terikat jam kerja tertentu. Bisa-bisa dikira pesugihan, begitu celetuk Arief.

"Jadi waktu itu opsi jalan keluarnya kembali mengajukan pinjaman ke bank untuk sewa ruko sebagai tempat tinggal, studio, sekaligus warung kalau terpaksa harus angkat kaki dari rumah ini," ucap pria yang punya panggilan akrab Hokage ini, Sabtu (9/12/2023).

Dia berencana mengajukan pinjaman KUR BRI sebesar Rp 150 juta dengan tenor 60 bulan untuk menyewa ruko.

Arief memang sudah berpengalaman dengan KUR BRI. Sebelumnya, dia dua kali mendapat modal KUR untuk usaha warung makan bernama Kedai Hokage yang dia jalankan bersama sang istri, Amanda. Dua kali pinjaman KUR dengan nominal masing-masing Rp 25 juta dan Rp 50 juta itu bisa mereka selesaikan dengan baik dan lancar. Sehingga, pilihan untuk kembali mengajukan KUR dengan nominal yang ditingkatkan menjadi pilihan logis kala itu.

Bertemulah dia dengan Mantri (tenaga pemasar mikro) BRI Kantor Cabang Pembantu (KCP) Unnes untuk berkonsultasi. Tak disangka, Mantri BRI justru menawari bantuan pembiayaan untuk pembelian aset. Skema ini bisa dilakukan, sebab memang rumah yang ditinggali Arief juga berfungsi sebagai studio kerja.

Tawaran itu menjadi titik terang bagi Arief dan Amanda. Sebab, mereka memang sudah merasa nyaman dengan rumah itu, juga merasa cocok dengan kondisi lingkungannya.

Singkat cerita, Arief segera melengkapi persyaratan. Pada 15 September 2023, dia pun melakukan akad jual-beli rumah di hadapan notaris.

Rumah seharga Rp 400 juta itu sah dia beli dengan uang tabungannya sebesar Rp 140 juta ditambah pinjaman KUR BRI sebesar Rp 260 juta dengan besaran cicilan Rp 5 juta per bulan selama lima tahun.

Bagi dia, momentum itu hampir sama mendebarkannya dengan momen ketika dia melakukan akad nikah pada 19 September 2017. Arief merasa terharu, lega, dan bahagia. Rumah ini sekaligus jadi kado indah untuk ulang tahun pernikahannya yang keenam bersama Amanda.

"Saya lega dan bahagia karena akhirnya bisa punya rumah sendiri. Selama enam tahun berumah tangga, saya sudah empat kali pindah tempat tinggal. Mulai dari ngekos sampai tiga kali pindah kontrakan. Akhirnya rumah yang terakhir saya kontrak bisa terbeli," ucap pria asal Kabupaten Batang ini.

Diiringi rasa syukur, Arief juga menceritakan pengalamannya ini kepada teman-temannya sesama pekerja kreatif, bahwa pekerja seni seperti dirinya tak ubahnya pelaku usaha jenis lain.

Mereka menjalankan skema bisnis yang sama, mulai dari tataran ide, menghasilkan produk, mempromosikan, hingga "menjual" produk. Sehingga pekerja seni juga punya hak dan kesempatan yang sama untuk merasakan inklusi keuangan dan mengakses fasilitas perbankan demi meningkatkan taraf hidup.

Dalam siaran pers-nya, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) menegaskan bahwa perluasan akses pembiayaan dan literasi keuangan bagi pelaku UMKM melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR) sektor pariwisata dan ekonomi kreatif (Parekraf) memang terus digencarkan.

'"Program KUR Sektor Parekraf selama 2021 telah tersalurkan kepada 3,4 juta pelaku parekraf dengan total senilai Rp 129 triliun,” kata Menparekraf Sandiaga Salahuddin Uno dalam siaran pers, Senin (30/10/2023).

Demi mewujudkan perluasan akses pembiayaan ini, Kemeparekraf selama ini kerap menggandeng BRI untuk menggelar coaching clinic KUR bagi para pelaku ekonomi kreatif di berbagai daerah.

Untuk diketahui, KUR memang merupakan salah satu instrumen BRI untuk membuat UMKM naik kelas, tak terkecuali di bidang ekonomi kreatif.

Dalam artikel yang diterbitkan bri.co.id pada Minggu (19/11/2023), disebutkan bahwa BRI terus menyalurkan KUR demi mendorong UMKM naik kelas.

Dalam hal ini BRI menjadi bank penyalur KUR terbesar di Indonesia. 

Debitur KUR BRI terus bertumbuh. Hingga Triwulan III 2023, Debitur baru KUR BRI telah melampaui target yang ditetapkan pemerintah.

Direktur Bisnis Mikro BRI Supari mengatakan, debitur penerima KUR baru yang disalurkan BRI tercatat lebih tinggi dari target yang dipatok pemerintah. 

Hingga September 2023 tercatat debitur KUR baru mencapai 105,82% dari target tahun penuh 2023.

“Debitur KUR baru hingga triwulan III 2023 telah mencapai 1,44 juta. Sedangkan target debitur KUR baru 2023 adalah 1,36 juta," ucap Supari sebagaimana dikutip bri.co.id. 

Adapun pada periode Januari-Oktober 2023 BRI telah menyalurkan KUR sebesar Rp 123,51 triliun kepada 2,7 juta debitur. 

Untuk diketahui, berkat transformasi digital yang dilakukan BRI, pengajuan KUR juga bisa dilakukan secara daring (online). Layanan Digitalisasi BRI yang mempermudah UMKM naik kelas ini mempertegas bahwa memang "BRI untuk Indonesia". (*)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Petaka Rajah Walet di Hotel Tua

Petaka Rajah Walet di Hotel Tua oleh Mazka Hauzan* (Cerpen hasil program Residensi Literatutur 2023 yang diadakan Yayasan Gang Sebelah Gresik bersama Pusat Pengembangan Bahasa dan Sastra Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi [Kemdikbudristek] Republik Indonesia) Hari masih subuh dan kawasan kota tua Bandar Grissee baru mulai berdenyut. Toko kelontong di Jalan HOS Cokroaminoto baru dibuka pintu kayunya yang berkeriut. Pengayuh becak baru mulai mengayun lutut, melintasi Jalan Basuki Rahmat, Malioboro-nya Gresik. Semenjak direnovasi akhir tahun lalu, begitulah jalan ini orang-orang sebut. Di emperan toko Jalan Raden Santri, oleh pedagang sayur yang baru menggelar lapak, bapak-bapak dan ibu-ibu disambut. Para pembeli ini masih bersarung dan bermukena. Mereka berbelanja sepulang salat subuh dengan wajah masih berhias cahaya doa qunut. Berbeda dari orang-orang itu, wajah Nadhif Munawar tak bercahaya. Justru muram dan kusut. Pikirannya acakadut. Padahal dia juga baru saja

Prau Layar Tirtosegoro

 Keterangan foto: Prosesi sedekah laut di Desa Pecangaan, Kecamatan Batangan, Kabupaten Pati, Jawa Tengah, Kamis (18/6/2020). (Dokumentasi pribadi Mazka Hauzan) Prau Layar Tirtosegoro Cerpen Mazka Hauzan (Juara 3 Lomba Cipta Cerpen yang diadakan Himpunan Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas PGRI Ronggolawe Tuban, 2020)    Yo konco ning nggisik gembiro Alerap-lerap banyune segoro Angliyak numpak prau layar Ing dino minggu keh pariwisoto   Alon praune wis nengah Byak byuk byak banyu binelah Ora jemu-jemu karo mesem ngguyu Ngilangake roso lungkrah lesu   (Ayo teman ke pantai bergembira Berkilau-kilau air laut Mari naik perahu layar Pada hari Minggu untuk berwisata   Pelan-pelan perahunya sudah di tengah Byak byuk byak air terbelah Tidak jemu sembari senyum tertawa Menghilangkan rasa letih lesu)   Suatu debar yang ganjil tumbuh di dada Rusdi dan seketika menjalari seluruh tubuhnya ketika ia mendengar tembang Jawa “Prau Layar” diputar dengan pelantang suara. Lantu